Isnin, 31 Januari 2011

Dalam Sujud Cintaku...


Ku basuh tangan dalam aliran air mutlak 
Melafaz niat membasuh muka 
Sambil dalam hati berdoa moga diputihkan muka di Mahsyar sana 
Dan pohon tangan kanan yang kubasuh hingga ke siku 
Bakal jadi penerima amalan selama di dunia 
Dan ubun-ubun yang kualir wuduk padanya 
Akan terlindung dari panas mentari yang sejengkal cuma 
Juga kaki kanan bakal ditetapkan 
Tika melintasi titian Siratulmustaqim 
Merentangi neraka panas membara 

Berdiri dalam balutan telekung putih bersih 
Dalam qiam ku bulatkan hati 
Memusatkan minda hanya pada-Nya 
Pohon di putuskan dari lingkaran duniawi 
Kerna, aku ingin merasa nikmat 
Lazatnya ibadah mengadap Allah 
Aku ingin yang ada Hanya aku dan Dia yang maha mendengar 
Seperti Dia sedang ku pandang 
Dan Dia memandangku dengan ihsan dan kasih-sayang 
Tuhan yang kusembah 
Tempat ku berserah merayu kala hatiku gundah 
Yang ku terima dengan redha qada dan qadar-Nya 
Dengan rendah hati seorang hamba 


Dalam rukuk dan sujud 
Ku letakkan diri sekerdil mungkin 
Sambil mulut basah dengan pujian pada-Nya 
Berteleku antara dua sujud 
Kyusu’ mengharap ampunan dan belas ihsan 
Allah yang maha penyayang 

Bersimpuh dalam Tahiyyat 
Kupacakkan ibu jari kakiku, juga telunjuk mengiyakan Shahadat 
Merendahkan diri dalam lafaz pujian 
Memuliakan Junjungan s.a.w.

Kusempurnakan solat seusai dua salam 
Tenggelam dalam lafaz istighfar 
Memohon ampun pada-Nya atas dosa dan khilaf seorang hamba 
Yang hina lagi tak sempurna 
Namun masih tegar mengimpikan syurga di sana 
Maka, ku tadah dua tangan 
Memohon doa dengan sesungguhnya 
Merayu dan mendayu 
Penyesalan yang bersatu dalam rasa dan minda 
Seiring derai airmata 

Ya Allah, 
Ku pohon ampun Ya Rabbi 
Atas dosa dan kekurangan diri 
Kerna sesungguhnya aku hamba yang menzalimi diri sendiri 
Moga janganlah Kau bebani aku 
Dengan ujian yang diluar kesanggupan diri 
Dan Kau tetapkan kalbuku yang Kau miliki 
Agar teguh dengan petunjuk yang Kau beri 
Rahmatilah hidupku, ibubapaku dan keluargaku 
Dalam pelukan kasih sayang-Mu 
Yang melindungi kami dari panas neraka yang membara 
Kerna, aku hanya ingin hidup dan mati 
Di dalam pelukan agama 
Yang Kau redha...

oleh Abu Hanifah

Bait-Bait Cinta Sang Mujahid....


Raja siang menyeringai di ufuk timur, semburatnya secerah perasaanku menyambut rahmat dan kasihNya, ku jemput nikmatMu dengan memantapkan hati lurus dalam titahMu, dan semangat menjalankan titahMu

Pagi ini yang terasa ada yang berbeda dalam relung ini,  ketenangan dan rasa begitu inginnya terus berbenah diri, berbenah hati dan terus menjadi lebih baik, dalam kesibukan diri, yang tak luput dari kudratku sebagai manusia, iaitu berbuat lupa dan khilaf, dan aku kembali padaMu , memohon petunjuk dan memantapkan hati untuk teguh dan terus istiqomah dalam jalanMu.

Sentuhan lembut tangan ibu tercinta mengawali hariku untuk pergi ke agendaku, merapatkan barisan dengan mujahid mujahidah yang siap menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dijalan martadinata Pengadilan Alam Jagat, menyeruakan kebenaran hingga jiwaku bergetar saat kumandang takbir yang menggema, membuat bulu romaku berdiri dan ujung mataku yang hampir menitiskan bulir bulir air mata, serta bersama kepalan kepalan tangan yang membungbung tinggi, seirama dengan mimpi kami atas tegaknya izzatul  islam  di bumi pertiwi.


Dari berbagai aliansi islam semua berkumpul, menyeru bersama, dalam satu ikatan akidah islamiyah kita bersatu bersama menegakan kebenaran. Sahabat saat itu aku merasakan jiwaku begitu hidup saat takbir itu berkumandang, saat tangan terkepal dan kalimat takbir itu menggelegar seantero martadinata,ada sesuatu yang begitu menyegarkan menembus batas relung yang kusam dan keruh, sesuatu yang begitu segar menyentuh hatiku. Allah ini yang kurindui rasa ini, yang tak boleh ku urai dengan kata indahnya, namamu begitu diagungkan , dan betapa banyak yang menginginkan agama ini berjaya dengan kemuliaannya.

Aku takjub atas semangat langkah para mujahid dan mujahidah, baik anak anak kecil sampai ibu-ibu, betapa ia begitu semangat berjuang untuk agamaMu, dan betapa ukhuwah itu terasa kuat menggelagar hingga jiwa ku ikut bergetar kernnanya, aku tak pernah mengenalnya namun sambutan hangat senyuman hangat dan salam keakraban itu sangat indah, karena kita satu jalan , satu tujuan dan kita satu akidah , yaitu akidah islamiyah.

Pohon yang menaungi, awan yang terkidung, jalan yang terjejaki, udara yang berhembus, tanah yang dipijaki , suatu saat akan jadi saksi atas semangat yang berkibar, suatu saat akan bersaksi bahwa kami ingin sekali agama ini tetap bersama kemuliaannya. Dan kami siap berjuang untuk itu. Hingga syahid menjemput

Allah…….

Di  sela itu aku banyak merenungkan tentang diri ini, yang terus berjuang untuk benar benar berniat atasMu saja, biarkan hati ini diisi dengan mahabah berharap rahmatmu dan akhirat dalam jiwaku dan dunia dalam genggamanku, waktu yang telah lalu hanya akan jadi sebuah pembelajaran berharga untukku dan aku meminta agar sisa waktu yang kau beri buat ku isi dengan cinta hanya padaMu.


Tuhan ku ya Allah …
Biarkan bait bait cinta ini mengisi hatiku
Mengakar dan memenuhi segenap ruangnya
Karena aku ingin seperti mereka
Yang seluruhnya dipersembahkan untuk cintaMu
Meski aku tak pantas mengutarakan cinta
Kerana hati ini masih terpatri duniawi

Dalam kelu lidah
Parau pilu menyeruak
Menanti rahmatMu akan terbuka
Dan kusambut dengan cintaku rabb
Aku mungkin tak sehebat mujahid dan mujahiddah

Yang kini berdiri dihadapkanku,
Yang semangatnya menembus ujung jiwaku
Betapa tulusnya mereka
Hingga lumer semua kepongahanku
Mungkin aku yang masbuk dalam barisan ini
Barisan yang siap membela agamaMu dengan jiwa raga

Allah…

Setitis bahkan ribuan titis harapan itu terus mengalir
dalam hidupku, dalam denting waktu yang terlalui

Allah …

Sesuatu menyelimuti begitu halus
Rasa takutku
Takut engkau tak mencintaiku
Rasa takut
Takut kau tinggalkan aku

Allah…
Maka biarkan bait bait cinta ini ada hingga aku mati
Bantulah aku rabb
Untuk mencintaiMu
Mencintai orang orang yang begitu cintanya padaMu
Dan amalan yang Kau cintai
Agar aku boleh merasakan indahnya mencintaiMu

oleh Abu Hanifah


Cinta, dan saya...

jika aku melafazkannya, aku maksudkan cinta yang ini kepadamu ~

Cinta, dan saya. Cinta, dan saya.

Yang membuka pintu hati ini kepada cinta, adalah seorang lelaki bernama Rosdi. Saya senang memanggilnya Pakcik Rosdi. Rosdi bin Baharom nama penuhnya. Dia banyak mengajar saya akan cinta. Banyak menunjukkan kepada saya cinta. Banyak mendidik saya akan kebenaran dan kepalsuan yang ada di dalamnya.

Cinta itu tidak terlimit hanya dengan hubungan lelaki perempuan. Tetapi turut mencakupi hubungan manusia dengan Tuhan. Cinta itu bukan perasaan liar tanpa kawalan, tetapi di dalam Cinta wujud peraturan.

Saya rasa gembira dengan Cinta.

Saya senang dengannya.

Sebab itu saya sangat menyayangi Cinta.

Dan menjaganya.

Cinta yang saya tahu

Apakah cinta?

Cinta yang saya tahu, adalah “Ingin bersamanya di syurga.”

Saya hanya tahu yang itu. Sebab di dalam Cinta ada kasih dan sayang. Bukankah amat menghairankan jika saya menyatakan: “Saya sangat sayangkan awak, kasihkan awak, sepenuh hati saya.” kemudian saya menyepaknya ke dalam api yang marak. Nyata itu bukan Cinta.

Maka, mahu tidak mahu, apabila disebut Cinta, kita inginkan dia bahagia. Kita inginkan orang yang kita cintai itu senang. Kita inginkan dia tidak sakit. Kita tidak mahu dia cedera. Maka kita patut persoalkan diri kita, apakah bahagia yang tertinggi? Apakah kesenangan yang hakiki?

Bukankah hanya syurga?

Maka adalah sangat pelik, apabila melafazkan cinta, tetapi kita melempar orang yang kita cinta ke dalam neraka. Apakah kesakitan yang lebih dasyat daripada neraka?

Maka Cinta yang saya tahu, hanya itu. “Ingin bersamanya di syurga.”

Sekiranya perasaan itu melempar ke neraka, maka itu bukan namanya cinta.

Itu cinta yang saya tahu.


Daripada cinta ini

Daripada kefahaman cinta yang tadi, maka saya belajar untuk mempertingkatkan diri.

Yalah. Bila faham bahawa kalau cinta itu hendak bersama di syurga, maka mempertingkatkan diri adalah perkara yang teramat penting. Bagaimana hendak ke syurga dalam keadaan diri masih lalai dan alpa? Bagaimana hendak ke syurga dalam keadaan diri masih ada rasa cinta kepada maksiat dan kemungkaran?

Maka mempertingkatkan diri menjadi perkara wajib, dan kerana cinta tadi, kita perlu sentiasa memerhatikan peningkatan diri dan merancangnya.

Kita perlu menjadi orang yang kuat untuk menarik orang yang kita cinta itu ke syurga. Kita perlu menjadi orang yang kuat, untuk tidak menyusahkan orang yang kita cinta itu dalam menarik kita ke syurga.

Kalau benar-benar cinta, maka kita tidak akan melepaskannya ke neraka. Kalau benar-benar cinta, maka kita tidak akan menyusahkannya dengan menceburkan diri kita ke dalam neraka.

Kedua-duanya memerlukan kita mempertingkatkan diri.

Dan inilah dia cinta yang hakiki.

Inilah dia sayang yang sebenarnya.

Saya, ingin bercinta begitu.

Saya ingin menyayangi orang-orang yang saya sayang begitu.


Saya hanya faham cinta yang ini

Saya hanya memahami cinta yang ini.

Kalau saya menyebut cinta, saya hanya memaksudkan yang ini.

Maka dengan cinta ini saya tidak jemu. Saya akan terus mencintai orang yang saya cinta. Maka dengan cinta ini saya tidak penat. Saya akan terus mencintai orang yang saya cinta. Maka dengan cinta ini saya tidak letih. Saya akan terus mencintai orang yang saya cinta.

Walaupun cinta saya dipandang sebelah mata. Walaupun kadangkala dipandang merimaskan. Walaupun adakalanya dipandang jelek dan kelihatan hanya omongan.

Bila hendak memanifestasikan “Hendak bersama dengannya di syurga”, maka hendak tidak hendak, saya perlu membina cinta ini di atas “Tuan Punya Syurga”, yakni Allah SWT. Cinta saya mesti berpaksikan Dia, mengharapkan balasanNya, mengharapkan redhaNya.

Sebab itu cinta ini akan terus saya jalankan. Tanpa peduli apa penerimaan daripada orang yang saya cinta. Tanpa kisah apa jenis balasan yang diberikan oleh mereka.

Sebab bila saya kata bahawa definisi cinta adalah “Hendak bersama dengannya di syurga”, maka secara automatik saya sudah niatkan bahawa cinta saya adalah keranaNya.

Dialah yang membalas penat lelah saya. Dialah hakim kepada cinta saya. Dialah yang akan memberi ganjaran. Sebab itu di dalam cinta ini, walaupun wujud mehnah dan tribulasi, tetap kesenangan dan kebahagiaan juga yang menghampiri. Sebab semuanya bergantung kepada Allah SWT, dan berpaksikan perintahNya. Tiada kekecewaan kerana Allah itu tidak pernah mengecewakan.

Tugas saya adalah mencintai dengan kecintaan ini.

Cinta ini tidak pernah mengecewakan.

Dan saya tidak faham akan cinta melainkan cinta yang sebegini.


Sebab itu cinta ini menyenangkan

Sebab itu cinta ini menyenangkan.

Tiada kenegatifan. Yang ada hanya positif. Jika diganggu pancaroba, penawar sentiasa ada. Jika rasa kecewa, kejelasan niat sentiasa menyelamatkan jiwa.

Cinta ini melapangkan. Cinta ini memberikan kekuatan. Cinta ini memberikan kesedaran. Cinta ini melahirkan sayang, dan sayang di dalam cinta ini tak akan malap. Cinta ini menjamin diri ke syurga.

Sebab itu cinta ini menyenangkan.

Saya hanya faham cinta dengan kefahaman ini.

Selain yang boleh memberikan ini, itu bukan cinta pada tafsiran saya. Sebab itu, ‘cinta palsu-cinta palsu’ lain, tidak diiktiraf sebagai cinta oleh saya. Apa-apa yang melanggar syara’, menjemput murka Allah, dan melempar diri ke neraka, itu bukan cinta pada saya.

Melempar seseorang ke dalam api dan itu dinamakan sayang? Saya tidak pernah mendengarnya.


Cinta ini banyak mengubah saya

Belajar bercinta banyak mengubah saya.

Ketiadaan cinta membuatkan hati menjadi keras, dan diri sukar untuk tunduk. Ketiadaan cinta membuatkan jiwa sepi, dan diri sukar merasakan ketenangan.

Tetapi bila bercinta, hati jadi lembut, jiwa jadi lapang. Sentiasa rasa ingin tersenyum. Sentiasa rasa ingin mengasihini yang lain. Sentiasa rasa ingin menjadi yang lebih baik. Sentiasa cuba melakukan yang terbaik. Sentiasa berusaha memaafkan. Sentiasa berusaha untuk menebus kesalahan.

Semuanya untuk diredhai Allah, agar mendapat syurgaNya.

Semuanya untuk dikasihi Allah, agar mendapat kekuatan untuk menguatkan orang selain diri kita.
Semuanya untuk menyempurnakan misi “Ingin bersamanya di syurga.”

Ingin bersama Ibu Bapa di Syurga. Ingin bersama isteri dan anak-anak di Syurga. Ingin bersama sahabat-sahabat di syurga. Ingin bersama guru-guru di Syurga. Ingin dapat bertemu Rasulullah dan para sahabat radhiallahu’anhum ajma’in di Syurga. Ingin dapat bersama Allah di sana.

Bukankah menyedihkan, hidup selama-lamanya tanpa itu semua? Bahkan dalam derita?

Memahami cinta ini, membuatkan saya berusaha menggerakkan diri.

Semoga saya benar-benar dapat memanifestasikan cinta ini, di dalam kehidupan.

Amiin.

Oleh Hilal Asyraf



Ahad, 30 Januari 2011

Seharusnya Beginilah Cinta...


Seharusnya beginilah cinta
Apakah sahabat pernah mencintai dan dicintai?. Cinta …… begitulah siapa yang tak pernah merasakannya. Sebuah anugerah terindah yang di berikan Allah pada manusia sebagai bekal fitrah. Eksistensi cinta dalam kehidupan kita membawa implikasi yang cukup besar. Bagaimana tidak banyak dari kita yang mengalami perubahan kerana cinta.

Kata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya menonjol sekali. Ia mampu mempengaruhi akal fikiran sekaligus mengendalikan sebarang tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi jernih, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi).

Namun hati-hati juga dengan cinta, kerana cinta juga dapat membuat orang sihat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu.sungguh luar biasa bukan kemampuan dari energy cinta boleh mengendalikan hidup kita.


Menurut Abdullah bin thahir Dzal Riyaasatain cinta adalah jika perhiasaan diri yang terceraiberai telah tercemari dengan berbagai macam kesulitan lalu dari dalamnya muncul sahaya yang memerangi relung-relung tubuh,sehingga dengan pancarannya karakter hidup bergerak, lalu dari situ tergambar susuk yang hadir dalam diri dengan segala kekhawatirannya, maka itulah cinta.

Sedangkan menurut Hammaad Al riwaayah cinta itu pikiran, batangnya dzikir, rantingnya bangun malam, daunnya sakit dan buahnya angan-angan. Berbeda juga menurut muadz bin sah, cinta itu binatang paling sulit ditunggangi, minuman yang paling memabukkan, amat bahaya jika dilempar, paling indah dri semua kesenangan, paling melaparkan perut dan paling diinginkan.

Cinta itu awalnya kegundahan dan akhirnya kesempitan karena keagungannya, makanya amat dalam untuk dibayangkan. Hakikatnya tidak akan pernah dikethui, kecuali dengan kerja keras. Ia tidak diingkari oleh agama dan tidak pula dikhawatirkan dalam syariah, karena allah yang telah mengatur hati. Itulah sebagian makna cinta, jika sahabat uraikan maka takkan habis kata untuk menguraikan makna cinta itu sendiri. Namun sangat disayangkan jika potensi yang dimiliki oleh cinta disalah artikan. Dengan sangat indah islam mengatur bagaimana seharusnya kita mengelola perasaan cinta, sehingga menghasilkan cinta yang murni bukan yang palsu,membawa keindahan bukan rasa sakit, membawa ketenangan bukan keresahan,membawa kedamaian bukan permusuhan. Cinta ini diarahkan dari Allah, sehingga cinta kepadaNya jauh melebihi cinta pada sesama Makhluk.sedangkan cinta kepada sesama makhluk ciptaanNya dicurahan semata-mata kerana Allah semata.


Sebagaimana dalam firman allah surat albaqarah ayat 165.”dan diantara manusia ada orang yang yang menyembah tandingan tandingan selain allah: mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.”

Nah jika sahabat telusuri seberapa besarkah nilai cinta kita untuk allah. Apakah dalam peringkat pertama bertahta dalam hati kita, atau jadi yang kedua atau yang ketika. Kerana takkan pernah sedikit dapati cinta yang menyakitkan kala hati berlabuh padaNya, takkan pernah didapati kekeceewaan kala hati bersandar padanNya. Dan cintanya jelas cinta yang hakiki, cinta yang sejati dan abadi. Namun Allah yang Maha Mencintai hambaNya tidak egois mendominasi cinta hambanya Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin. Tapi cinta itu tentu porsinya tidak melebihi cinta kita pada Allah, karena Allah mengatakan, “Katakanlah! ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta-benda yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatiri akan merugi dan rumah tangga yang kamu senangi (manakala itu semua) lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjiha di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”(At taubah ayat 24) dan nilai yang paling rendah adalah pada harta , kekuasaan dan lain-lainnya.



Sebagaimana nabi saw brsabda,"cintailah manusia sewajarnya saja karena boleh jadi kau akan membencinya kelak,&bencilah seseorang sewajarnya saja karena boleh jadi kau akan mencintainya suatu hari nanti." Nah indah bukan bagaimana islam mengelola cinta dalam pembangunan cinta yang indah. Nah sudahkan kita mengatur tahap cinta kita. Jangan-jangan kita tempat cinta allah pada urutan kedua tau bahkan terakhir.Na’zubillah. Padahal sudah jelaslah kebahagiaan hakiki yang akan diperoleh.sehingga tidak ada yang salah dengan yang namanya cinta tergantung usaha kita menempatkan,membagi dan mengatur waktu yang tepat untuk cinta , karena seharusnya beginilah cinta.

Doa cintanya Rasulullah SAW

Ya allah …..

Aku bermohon kepadaMu dan Kepada orang-ornag yang mencintaiMu, an aku mohonkan kepadaMu segala perbuatan yang akan membawaku untuk mencintaiMu melebihi kecintaanku kepada diriku dan keluargaku

Ya allah….

Jadikanlah cintaku kepadaMu lebih aku takuti dari segala sesuatu tutuplah segala kebutuhan keperluan duniaku dengan keinginan akan kerinduan hatiku untuk berjumpa denganMu. Jika Engkau menghibur mata-mata para pecinta dunia karena dunia mereka , maka hiburlah aku dengan selalu beribadah kepadaMu


by Abu Hanifah